KHOTBAH
.co
christian
online
Khotbah

Berkhotbah dari Narasi Perjanjian Lama

Dari Khotbah

Langsung ke: navigasi, cari
<<
Sebelumnya
Berkhotbah dari Narasi Perjanjian Lama >>
Berikutnya


    Lebih dari setengah bagian Alkitab berbentuk narasi. Jadi jika Anda tidak mengajarkan kisah-kisah Alkitab, maka Anda merampas jemaat dari kesempatan untuk mendengar separo lebih bagian Alkitab!

  1. Temukan gambaran besarnya. Alkitab secara keseluruhan sebagai Kisah yang utuh

    • Alkitab menghadirkan kisah universal yang mempengaruhi seluruh bagian-bagiannya.


    Penciptaan                      Dosa                      Riwayat Penebusan                      Ciptaan Baru
    Arrow.PNG


    • Kisah universal dalam Alkitab ini merupakan dasar dari cara pandang alkitabiah - yaitu jawaban yang diberikannya terhadap pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang kehidupan.

    • Dari kisah agung ini muncullah tema-tema besar dari pewahyuan alkitabiah.

    • Tujuan Anda seharusnya adalah agar jemaat Anda mengetahui keseluruhan kisah ini, dan memahami kepentingan kisah itu. Sebab kisah yang utuh ini membentuk dan merupakan dasar dari iman Kristen.

  2. Bacalah kisah-kisah yang lebih kecil dalam kaitannya dengan kisah yang lebih besar; bacalah menurut konteksnya

    • Ketika Anda sedang menyiapkan khotbah tentang sebuah kisah di Alkitab, pikirkanlah kaitan cerita ini dengan kisah yang lebih besar. Misalnya, setiap cerita tunggal tentang Abraham terkait dengan narasi para leluhur bangsa Israel) yang lebih besar di Kitab Kejadian; kisah Daud terkait dengan narasi yang lebih besar tentang kerajaan; dan kelompok kisah yang lebih besar ini terkait dengan kisah Israel di keseluruhan PL, dll.

    • Bagaimana kisah ini bisa cocok dengan kisah universal di Alkitab keseluruhan? Aspek atau tema apa dari keseluruhan pewahyuan Alkitab yang diajarkan atau diilustrasikannya?

  3. Tidak semua kisah Alkitab disampaikan untuk alasan yang sama
    Kita bukan hanya perlu bertanya 'Kisah ini tentang apa dan pelajaran apa yang bisa saya khotbahkan dari sini?, tetapi juga, 'Mengapa kisah ini dicantumkan dalam Alkitab, apa alasannya?' Pikirkanlah konteks aslinya dan penulisnya. Mengapa mereka menyampaikan kisah ini?

    1. Beberapa kisah mencatat peristiwa-peristiwa historis yang menjadi dasar bagi iman kita. Kisah-kisah ini unik karena bukan hanya teladan dari hal-hal yang bisa terjadi atas kita, tetapi juga merupakan 'tindakan perkasa' Allah yang dilakukan secara khusus dalam sejarah keselamatan. Sebagai contoh: Abraham dipanggil, kisah Keluaran, perjanjian di Sinai, peperangan (kemenangan) memasuki Kanaan, janji kepada Daud, kembalinya Israel dari pembuangan, serta kelahiran, kehidupan, kematian dan kebangkitan Yesus, Pentakosta. Kisah-kisah ini perlu kita khotbahkan sehingga jemaat memahami dasar sejarah bagi iman mereka.

    2. Beberapa kisah mengilustrasikan pengalaman-pengalaman yang melibatkan iman kita.
      Ada banyak kisah yang menunjukkan apa artinya mengalami keselamatan dari Allah, bagaimana meresponi janji-Nya, bagaimana menjadi percaya dan taat. Kisah-kisah ini menunjukkan bagaimana Allah berhubungan dengan kita dalam segala macam situasi. Jadi kisah-kisah ini membawa kita melihat Allah, bukan sekedar membuat kita mengenali karakter manusia yang ada di kisah itu. Kisah-kisah seperti ini tidak mengutamakan 'inilah yang harus Anda lakukan' tetapi menyampaikan 'inilah yang Allah (atau Yesus) bisa lakukan untuk Anda. 'Sebagai contoh: kisah para leluhur; bagaimana Allah menyediakan makanan dan melindungi bangsa Israel di padang gurun; tentang hakim-hakim; tentang Yesus, dll.

    3. Beberapa kisah mengilustrasikan harga yang harus dibayar sebagai komitmen iman kita.
      Ada banyak cerita yang "tidak enak"-kisah-kisah ini memuat penderitaan dan harga yang harus dibayar sewaktu umat Allah taat kepada Allah tanpa menghiraukan tantangan maupun kekejaman musuh. Atau ketika umat tidak taat dan mereka harus menerima hukuman atau dibawa kepada pertobatan dan perubahan. Kisah-kisah seperti ini mendorong kita untuk mendengar, belajar dan bersikap tabah pada saat mengalami kesulitan. Sebagai contoh: kisah Daniel, Yunus, Yeremia, atau Stefanus, dll.

        Tentu saja kisah tertentu bisa memuat lebih dari satu dimensi di atas. Namun dalam menyiapkan khotbah, kita perlu memikirkan apa tujuan utama kisah itu bagi pendengar aslinya pada masa itu, dan bagaimana menghargai tujuan tersebut sehingga bisa tersampaikan pada pikiran pendengar kita yang hidup di masa kini.

  4. Fungsi suatu kisah

        Sebagian besar orang dan semua kebudayaan yang ada umumnya menyukai cerita. Beberapa malah sangat menyukainya. Cerita menyimpan kekuatan besar: dalam mengekpresikan cara pandang kebudayaan tertentu; dalam menjaga identitas dan sejarah umat/bangsa; dalam menyampaikan memori kelompok dari generasi satu ke generasi berikutnya; dalam mengajarkan nilai-nilai moral yang diakui dan diterima; dalam memberikan harapan bagi masa depan. Kisah-kisah Alkitab telah, dan terus meyampaikan semua ini. Pikirkanlah kekuatan yang tersimpan dalam perumpamaan-perumpamaan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus.

        Sebuah kisah dapat berfungsi dalam beberapa cara:

    • Merangkul imajinasi kita. Kita "hidup dalam" kisah sebagaimana kisah itu diceritakan.

    • Plot/alur cerita yang dibangun dengan baik - dengan elemen-elemen menegangkan, kejutan, dll.

    • Karakterisasi - tokoh mana yang kita pandang serupa dengan diri kita sendiri, balk secara positif, negatif atau keduanya (positif dan negatif pada saat yang sama).

    • Kekosongan - yaitu bagian yang membuat pembaca/pendengar melakukan pekerjaan mengisi apa yang tidak disampaikan oleh narator kepada kita. Kisah yang baik bersifat 'interaktif' jauh sebelum ada DVD dan internet!

    • Membuat diri kita menjadi hakim - yaitu tidak selalu memberitahu kita tentang kesimpulan mengenai sebuah peristiwa atau karakter, tetapi memberi kesempatkan kepada kita mempunyai pendapat sendiri berdasarkan apa yang disampaikan oleh kisah tersebut (misalnya, perumpamaan terkenal yang disampaikan Nabi Natan tentang Daud).

        Jadi pada saat kita mengkhotbahkan suatu cerita, cobalah untuk menyampaikannya sesuai 'fungsi' kisah itu. Gunakan imajinasi yang terkontrol untuk menampilkan kisah itu sehingga terasa nyata/hidup. Libatkan pendengar Anda dengan berbagai ketegangan dan dilema serta kejutan-kejutan yang muncul dalam kisah itu. Biarkan kisah itu sendiri melakukan apa yang menjadi tugasnya.

  5. Beberapa hal yang perlu dihindari

    • Menyempitkan kisah ke sekedar 'hal-hal yang bisa kita pelajari.' Tindakan ini mematikan imajinasi dan keterlibatan pendengar. Suatu kisah di dalam Alkitab itu sendiri diilhamkan oleh Allah dan berwibawa, bukan penjelasan dan pelajaran yang kita sampaikan tentang kisah itu. Usahakan agar pendengar benar-benar terlibat dalam cerita itu.

    • Memoralkan: yaitu menyederhanakan pokok-pokok moral tentang karakter/tokoh yang ditampilkan. Ingatlah bahwa beberapa kisah Alkitab lebih bermaksud memberitahu kita tentang apa yang bisa dilakukan Allah dibandingkan "kebaikan" atau "keburukan" manusia.

    • Penafsiran dogmatis tentang 'arti cerita ini'. Ketika sebuah cerita sampai di pikiran kita, maka cerita tersebut bisa saja memuat makna yang berlapis-lapis.

    • Berasumsi bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh tokoh penting pastilah baik, atau harus dianggap benar. Kita perlu menyadari bahwa orang yang berkarakter terbaik sekalipun adalah orang yang penuh dosa dan Alkitab, "menyampaikan cerita sebagaimana adanya". Demikian juga kita. Jangan takut akan pesan ganda yang terlihat bahkan pada diri para pahlawan sekalipun.

    • Berasumsi bahwa sebuah kisah diceritakan dengan maksud agar kita menirunya. Tidak harus demikian (kulit kambing Gideon vs. anjing hutan Simson).

    • Pengelompokan yang penuh khayalan. Memang benar bahwa keseluruhan kisah PL menunjuk kepada dan digenapi di dalam Kristus, namun ini tidak berarti bahwa semua kisah yang ada menceritakan 'tentang Yesus'. Ada pola dan pengulangan di Alkitab, namun jangan mencoba menemukan keharusan adanya makna rohani yang tersembunyi di setiap detail cerita.