Dari Khotbah
<< Sebelumnya | Dari Perikop Alkitab ke Khotbah | >> Berikutnya |
Apa yang sudah dilakukan sampai sekarang?
Berdoa (dengan yakin) Mengamati Memahami
- Semua proses ini menghasilkan banyak gagasan dan pemikiran yang kita tulis di banyak lembaran kertas sehingga bisa saja semua jadi berantakan!
- Sekarang kita harus membenahi semua catatan yang berantakan ini dan membentuknya menjadi khotbah yang tepat, jelas dan relevan.
- Untuk itu, kita memerlukan sebuah gambar yang bisa menolong kita, yaitu peta Indonesia...
Ketika menyiapkan sebuah khotbah dari suatu perikop Alkitab, kita seperti memasuki suatu negara, melakukan perjalanan dari pulau ke pulau di dalamnya, dan sepanjang perjalanan kita berhenti melewatkan waktu di tiga kota di setiap pulau – kemudian kita menyadari di mana letak negara yang kita kunjungi dalam peta global … dan di akhir perjalanan kita menyanyikan lagu kebangsaan.
(a) | Ada sudut pandang dalam skala negara. Semua gagasan yang kita peroleh dari 'berdoa, mengamati, dan memahami', kita gunakan untuk menjelaskan tema perikop alkitabiah tersebut secara keseluruhan. 'Apa isi perikop ini?' Kita tuliskan dalam satu kalimat dan ini menjadi sudut pandang dalam skala negara yang memberi fokus dan batas-batas khotbah. Kalimat ini harus sederhana, ringkas, tapi lengkap; menjelaskan 'gagasan utama' perikop, yang akan menjadi 'gagasan utama' khotbah kita. | ||||
|
(b) | Ada Pulau-pulau. Negara Indonesia terdiri banyak pulau - 17.508 pulau! Berdasarkan sudut pandang pada skala negara, kita mengidentifikasi masing-masing pulau yang ada didalamnya. Pulau-pulau ini menjelaskan 'gagasan utama' dengan lebih terperinci, dan nantinya akan menjadi butir-butir utama khotbah, sehingga menghasilkan khotbah yang memiliki struktur dan kejelasan. Karena ada banyak pulau dalam satu negara, kita tidak bisa mengkhotbahkan semua yang bisa dikhotbahkan dari satu perikop hanya dalam satu khotbah. Oleh sebab itu, kita tidak bisa menyebutkan semua pulau. Kita harus memillih. Ada pulau-pulau yang tidak akan kita kunjungi sehingga peta khotbah kita akan terlihat seperti berikut : | ||||
|
(c) | Berikutnya, ada Kota-kota. Sebagaimana masing-masing pulau menghasilkan sesuatu yang berbeda untuk negara, tiap-tiap butir utama juga memberikan sesuatu yang berbeda untuk 'gagasan utama'. Ketika menyiapkan khotbah, kita perlu mengunjungi setiap pulau dan melewatkan waktu disana. Saat kita tiba di sebuah pulau, kita kunjungi tiga kota, tiga kota yang sama di setiap pulau: Kota Penjelasan (P) - menjelaskan apa yang tertulis mengenai pulau ini; Kota Ilustrasi (I) - memberikan ilustrasi tentang apa yang tertulis mengenai pulau ini; dan Kota Aplikasi (A) - menyebutkan apa yang akan diterapkan pendengar berdasarkan hal-hal yang telah kita jelaskan dan ilustrasikan. | ||
Kota: P (penjelasan), I (ilustrasi), A (aplikasi) | |||
Khotbah adalah "penjelasan yang meyakinkan, diilustrasikan dengan jelas dan penerapan yang penuh kuasa." (Chappel) Pada waktu kita mengunjungi kota penjelasan, kita menjelaskan arti perikop dalam Alkitab. Untuk mengetahui arti perikop tersebut untuk kita (sekarang), mulailah selalu dengan mencari arti perikop bagi para pendengar pada zaman mereka (zaman Alkitab). Ciri utama suatu khotbah alkitabiah adalah tetap kembali kepada apa yang dimaksud oleh perikop dan menjelaskannya. Perikop alkitabiah bukanlah batu pijakan tempat kita melompat ke dalam khotbah - melainkan bagaikan kolam renang di mana kita melompat kedalamnya dan berenang dalam khotbah. | |||
Ketika mengunjungi Kota Ilustrasi, kita membandingkan dengan dunia kita untuk menolong pendengar mengetahui lebih jelas apa yang tertulis dalam perikop. kita berlaku seperti fotografer, 'menjepret' gambar-gambar yang kita lihat, yang selanjutnya kita gunakan dalam khotbah. Seorang pengkhotbah dapat diibaratkan sebagai nelayan yang 'menjaring' kehidupan untuk dijadikan ilustrasi. Peran ini mirip dengan yang Yesus lakukan dengan menggunakan perumpamaan; untuk membuat ilustrasi khotbah, kita perlu belajar melihat hal-hal yang sungguh-sungguh rohani dalam hal-hal yang biasa dan sehari-hari. Kita perlu melatih imajinasi kita dan tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk mengatakan "O, itu mengingatkanku tentang..." Di Kota Aplikasi, pengkhotbah menempatkan penjelasan perikop dalam kehidupan pendengar. Berkhotbah adalah pidato yang bersifat persuasif. Kita menginginkan transformasi hidup. Oleh sebab itu, inti ajaran dalam perikop diterapkan ke dalam kehidupan pendengar secara spesifik dan nyata. Berdasarkan penjelasan dan ilustrasi yang kita pakai, kita perlu selalu bertanya, "Kalau begitu, apa yang harus saya lakukan? Bagaimana kebenaran yang diajarkan ini menghadirkan perubahan dalam kehidupan umat pendengarnya?" | |||
Bahan Pemikiran : Apa yang terjadi bila khotbah kita menghabiskan terlalu banyak waktu di Kota Penjelasan? Di Kota Ilustrasi? Di Kota Aplikasi? |
(d) | Jadikan khotbah sebagai perjalanan dari pulau ke pulau, kota ke kota. Khotbah haruslah mengalir, bergerak. Kata-kata/frasa yang akan kita pakai ketika pindah dari satu 'pulau' ke pulau lain dan dari satu 'kota' ke kota lain harus dipikirkan dengan cermat. Selain itu, kita juga harus memikirkan apa yang akan kita katakan (sebagai pendahuluan) untuk menarik orang bergabung dalam perjalanan masuk dalam perikop alkitabiah dan apa yang akan kita katakan (sebagai kesimpulan) untuk mengakhiri perjalanan - sekaligus menyadari bahwa ini merupakan kesempatan terakhir untuk membuat kunjungan ini mengesankan dan mendorong terjadinya transformasi. | ||
(e) | Kita menempatkan khotbah tentang perikop alkitabiah ini - dengan fokus pada pulau-pulau yang ada dalam negara ini-kedalam konteks dari keseluruhan cerita Alkitab. Pikirkan dimana perikop kita cocok dengan aliran kitab dalam Alkitab berdasarkan tempatnya (seperti Indonesia berada di Asia Tenggara, dan dunia). Jika ada dalam Perjanjian Lama, pikirkan bagaimana perikop tersebut berkaitan dengan Perjanjian Baru dan digenapi di dalamnya. jika berada dalam Perjanjian Baru, luangkan waktu untuk mempertimbangkan perikop sumbernya tersebut dalam Perjanjian Lama. Pikirkan bagaimana Yesus dapat dimasukkan ke dalam khotbah dengan cara yang alami dan tepat. Dengan demikian, peta kita yang kecil bisa dipandang dari sudut peta seluruh dunia yang besar. Ini disebut sebagai pandangan global. | ||
(f) | Biasanya warga suatu Negara menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan penuh semangat yang dan khidmat. Perhatikanlah pemenang mendali emas di suatu pertandingan Olimpiade. Saat bendera negara mereka dikibarkan, hati mereka berkobar, denyut nadinya cepat. Tujuan hidup terlihat jelas, sasaran tercapai dan ada perasaan bahwa tugas telah terselesaikan. Karena itu sebelum kita mengalihkan perhatian kepada penulisan khotbah, kita meluangkan waktu untuk melihat kembali perjalanan kita melintasi pulau-pulau dan kota-kota negeri ini dan posisinya dalam konteks global. Dimana denyut nadi dan tujuan perikop Alkitab yang kita pelajari ini? Apa 'sasaran utama' yang harus muncul dari 'gagasan utama?' Apa lagu kebangsaan perikop ini... dan kemudian pastikan khotbah kita menyanyikannya.
|