KHOTBAH
.co
christian
online
Khotbah

Perkataan Manusia atau Firman Allah?

Dari Khotbah

Langsung ke: navigasi, cari
Perkataan Manusia atau Firman Allah?
Oleh Pak John

1 Tesalonika 2:13

Rasul Paulus memuji jemaat Tesalonika karena sikap mereka terhadap Injil yang diberitakan. la juga mengucap syukur kepada Tuhan oleh karena mereka. Penginjilan Paulus di sana diterima bukan sebagai perkataan manusia, melainkan sebagai Firman Allah.

kekita berkhotbah, apakah itu perkataan manusia atau Firman Allah? Ada yang menjawab bahwa kita bukan Rasul, maka kita tidak berbicara dengan otoritas yang sama. Betul! Tetapi yang dipercayakan kepada kita adalah Firman Tuhan dan sejauh kita tetap memegang, menyampaikan dan menguraikan Firman Tuhan, otoritasnya sama. Firman Tuhan-lah yang bekerja di dalam diri orang Tesalonika. Firman Tuhan pula yang bekerja di dalam jemaat kita. Kuasanya tidak berkurang sejak zaman Paulus. Betapa besar tanggung jawab kita untuk mempelajari, menaati dan menyampaikan Firman Tuhan dengan setia.

Meskipun tanggung jawab kita untuk memberitakan Firman Tuhan sangat berat, namun tetap ada satu penghiburan: bahwa yang bekerja di dalam pendengaran dan pembacaan kita adalah kuasa Allah dan FirmanNya, bukan kepandaian kita ataupun metode ampuh lainnya. Berkali-kali dalam tulisannya, Paulus menjelaskan bahwa hasil pelayanannya terjadi bukan karena kepandaian atau kelicikan tetapi karena Tuhan yang bekerja. (Lihat 2 Kor.4:2, 1 Tes.2:3)

Tetapi ada sudut yang lain juga! Sebelum Paulus menyatakan kuasa Firman Tuhan dalam ayat 13 ini, ia telah mengingatkan orang Tesalonika tentang pelayanannya. Lihat 2:7 "kami seperti seorang ibu", 2:11 "seperti seorang bapak", 2:17 "saudara-saudara". Kasih Allah dijelmakan di dalam tingkah laku Paulus. Mereka tidak hanya mendengar Firman Allah, tetapi juga menyaksikan dan merasakan kasih-Nya melalui Paulus. Firman yang penuh kuasa Allah sudah membentuk Paulus sehingga apa yang diberitakan dinyatakan juga di dalam kehidupannya. Cobalah kita bercermin sebentar: "ramah seperti seorang ibu", "menasihati dan menguatkan satu demi satu seperti seorang bapak", "penuh kasih sayang seperti seorang kakak menolong adiknya". Kalau orang lain harus melukiskan watak dan tingkah laku kita, apakah kata sifat seperti ini akan dipakai? Mungkinkah kita sendiri yang justru telah menghalangi Firman Tuhan bekerja di antara jemaat kita?

Kebaktian Keluarga

Jika Allah menjadi kepala keluarga, maka Firman-Nya merupakan pedoman hidup yang perlu dimengerti oleh seluruh keluarga. Pemahaman Alkitab tidak hanya penting bagi pribadi dan jemaat, melainkan bagi orang tua, anak, serta suami istri. Hamdani (panitia pelatihan khotbah Langham, jemaat GKI Puri Indah) membagikan pengalaman kebaktian keluarganya.

Pertama kali saya mengikuti kebaktian keluarga bersama keluarga besar mertua saya, yakni Alm. Bpk Freddy Jonatan. Jika umumnya keluarga besar lain, berkumpul hanya untuk ngobrol atau arisan saja, keluarga besar kami agak berbeda. Kami berkumpul sebulan sekali dengan tujuan utama mengadakan kebaktian bersama. Dalam kebaktian keluarga, kami bernyanyi bersama, merenungkan Firman Tuhan dan saling mendoakan. Renungan dibawakan secara bergantian sesuai tema yang disusun oleh koordinator yang ditunjuk. Keluarga yang menjadi tuan rumah dan bagian konsumsi ditunjuk bergiliran.

Saya merasakan adanya keakraban yang berlandaskan kasih dan Firman Tuhan dalam keluarga ini. Keakraban seperti ini melebihi kedekatan hubungan sebagai keluarga secara duniawi. Kami diikat oleh persaudaraan dalam Yesus Kristus. Karena itu, hingga saat ini saya melihat ada keharmonisan dalam keluarga, sekalipun ada beberapa perbedaan dan masalah. Namun demikian, tidak ada konflik antar pribadi dan keluarga yang tidak terselesaikan. Kebaktian keluarga juga berguna untuk memperkenalkan generasi kedua dalam keluarga dan memberi identitas sebagai keluarga besar Kristen. Melalui kebaktian keluarga kami bisa mengenal saudara sepupu, keponakan bahkan cucu ponakan yang sudah mulai hadir bersama dalam kebaktian keluaga.

Kesulitan yang dihadapi adalah menentukan waktu yang terbaik, apalagi di kota Jakarta. Kemacetan lalu lintas membuat hidup keseharian terasa padat dan melelahkan. Godaan untuk memakai hari Sabtu dan Minggu untuk beristirahat saja sangatlah besar. Tetapi komitmen sebulan sekali masih tetap dijaga karena tanpa hal itu, pasti selalu ada alasan untuk menunda hingga meniadakan kebaktian keluarga. Biasanya kebaktian keluarga diadakan setiap hari minggu ke-3, namun sesekali bisa diubah jika sebagian besar ada acara lain yang tidak bisa dihindari. Jadi fleksibilitas juga ada bersama komitmen. Konsekuensinya adalah kadang kala ada satu atau dua keluarga yang tidak hadir. Namun karena jumlah kami lebih dari 10 keluarga, maka yang berkumpul masih cukup banyak.

Kebaktian keluarga besar sebulan sekali juga turut memotivasi kehi dupan rohani keluarga kami. Setiap pagi saya dan istri beserta anak-anak membaca Alkitab dan berdoa bersama sebelum berangkat ke luar rumah. Kami selalu berusaha dan berdoa supaya kebiasaan kebaktian keluarga dan persekutuan doa pagi yang dijalankan, tidak hanya menjadi rutinitas saja. Kami ingin persekutuan keluarga dan Firman Tuhan menjadi dasar kehidupan sehari-hari yang berintegritas, yang diwujudkan dengan mengasihi sesama. Selama bekerja di kantor, di rumah dan dimana saja, kita adalah manusia yang tidak sempurna tetapi yang dimampukan oleh kuasa Roh Kudus untuk bersaksi. Kebaktian keluarga dapat mendorong kita untuk mau menjadi teladan yang baik Bukankah teladan hidup yang memuliakan Tuhan memang harus dimulai dari diri sendiri, keluarga, lalu di jemaat dan lingkungan sekitar?