KHOTBAH
.co
christian
online
Khotbah

Pergumulan Berkhotbah Alkitabiah di Era Posmo

Dari Khotbah

Langsung ke: navigasi, cari
Oleh Ayub Wahyono


Zaman sudah berubah. Jemaat kini menginginkan acara-acara gereja yang menghibur. Khotbah yang dianggap baik adalah khotbah yang disertai dengan humor, anekdot, atau yang menyenangkan pendengar. Bukan lagi apakah khotbah itu Alkitabiah atau tidak. Kenyataan ini membuat saya teringat akan nubuatan Rasul Paulus, "Karena akan datang waktunya, orang tidn.k dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng." (2Tim. 4:3-4).

Gereja dan orang Kristen seharusnya memengaruhi dunia, dan bukannya dipengaruhi oleh dunia. Namun kenyataannya, konsep nilai, cara pandang (world view), dan kerangka berpikir orang Kristen seringkali lebih mencerminkan nilai-nilai dan cara pandangan duniawi daripada Alkitab. Ditambah lagi dengan lemahnya mimbar Kristen dari pengajaran yang Alkitabiah.

Di sisi lain, masyarakat posmo menolak mentah-mentah kemutlakan kebenaran. Bagi mereka kebenaran itu relatif. "Itu mungkin benar bagimu, tapi belum tentu bagiku!" Bagi masyarakat Posmo, kebenaran itu terletak pada mata si pengamatnya. Kebenaran Kristen bukanlah satu-satunya kebenaran, ia hanyalah salah satu dari banyaknya pilihan kebenaran yang ada di dunia ini.

Sebagai pengajar dan pengkhotbah remaja, fenomena tersebut merupakan peluang sekaligus tantangan buat saya. Melalui kesempatan ini saya ingin membagikan pergumulan saya berkhotbah Alkitabiah di era posmo, khususnya di kalangan remaja.

Pertama, menyatakan adanya kebenaran sejati. Di tengah-tengah dunia yang merelatifkan kebenaran, saya terpanggil untuk menyampaikan bahwa masih ada kebenaran yang sejati. Saya meyakini bahwa segala kebenaran adalah kebenaran Allah. Sebagai sumber kebenaran, Allah telah mewahyukan firman-Nya yang adalah kebenaran (Yoh. 17:17). Saya mengajak para remaja untuk kembali kepada Tuhan sebagai sumber Kebenaran, karena di sepanjang sejarah hanya Tuhan Yesus yang mengklaim diriNya sebagai Kebenaran (Yoh. 14:6). Saya juga mengajak mereka kembali kepada otoritas Firman karena pada mulanya adalah Firman (Yoh. 1:1).

Kedua, menggunakan media untuk menyampaikan kebenaran. Masyarakat posmo adalah masyarakat yang digerakkan oleh image atau gambar (image-driven). Anakanak di era posmo kurang tertarik dengan khotbah-khotbah yang monoton. Namun, mereka akan membuka telinganya bagi narrative-preaching (khotbah naratif-cerita) dan kesaksian-kesaksian hidup. Mereka akan 'tertidur' kalau khotbah yang sarat muatan teologis yang 'melayang di awan-awan' dikumandangkan dari atas mimbar. Namun mereka akan membuka telinga dan mata mereka lebar-lebar kala mendengar sebuah khotbah yang diwarnai dengan ilustrasi kehidupan yang ditayangkan dalam bentuk video klip dan ditampilkan dalam bentuk presentasi PowerPoint. Saya biasanya menggunakan presentasi PowerPoint dan video klip pendek sebagai ilustrasi untuk menyampaikan kebenaran yang ingin saya sampaikan.

Ketiga, berkhotbah ekspositori dengan memperhatikan unsur KKR. KKR yang saya maksud di sini bukan "Kebaktian Kebangunan Rohani", tetapi Kesetiaan pada teks dan konteks, Kejelasan dalam menyampaikan berita dan Relevansi dunia Alkitab tersebut dengan dunia pembaca masa kini. Bersyukur melalui pelatihan Langham saya diingatkan kembali akan pentingnya unsur KKR tersebut dalam khotbah Alkitabiah. Dulu saya merasa sangat kesulitan jika harus khotbah dari Perjanjian Lama, tetapi melalui pelatihan Langham saya dibekali dengan pemahaman yang lebih dalam untuk mengkhotbahkan teks Perjanjian Lama.