KHOTBAH
.co
christian
online
Khotbah

Peran Firman Tuhan dalam Liturgi

Dari Khotbah

Langsung ke: navigasi, cari
Peran Firman Tuhan dalam Liturgi


Ketika pertama kali menjadi penatua tahun 1994, saya mengalami perubahan cara pandang tentang ibadah minggu. Saya mulai memahami liturgi sebagai pelayanan pada Allah dalam bentuk ibadah jemaat dalam menyembah Allah. Saya selalu melihat ibadah minggu sebagai momen Allah untuk berbicara & mengajar, serta bersekutu dengan-Nya dan umat-Nya yang lain. Cara pandang Kristen (CPK) ini menolong saya untuk mencari wajah Allah dan kebenaran-Nya dan berbicara kepada-Nya dalam setiap ibadah; apalagi bila memiliki kesempatan terlibat dalam membuat dan memimpin liturgi.


Pengembangan CPK mengenai ibadah menolong untuk memahami kekayaan dan kualitas liturgi. Dan hal ini ditentukan oleh pemahaman Firman Allah dan keakraban persekutuan pembuat liturgi dengan Allah. Liturgi yang mengubah dan menginspirasi jemaat memiliki tiga sifat dasar. Pertama, liturgi minggu adalah perayaan Kristus dan karyaNya, Kristus adalah pusat pemberitaan. Hal ini juga ditandai dengan perjamuan kudus. Kedua, liturgi minggu adalah ibadah komunal, karena itu perlu dirancang khusus agar semua jemaat sebagai tubuh Kristus berpartisipasi. Ketiga, liturgi bersifat dialogis, yaitu antara Allah dengan umat-Nya dan sebaliknya. Dimensi vertikal liturgi akan menjiwai dimensi horizontal, sesama umat dan sebaliknya.


Pemahaman liturgi sedemikian menunjukkan bahwa peran Firman Tuhan dalam liturgi sangat sentral. Firman membuat liturgi Alkitabiah menjadi proses yang mengubahkan dan inspiratif. Liturgi pembuka yang mengutip Firman Tuhan (dan bukan kata sambutan liturgos), akan membantu umat membentuk persekutuan dan mempersiapkan diri menyambut kehadiran Allah. Pengakuan dosa, berita anugerah dan petunjuk hidup baru dengan mengutip Firman Tuhan yang tepat selanjutnya menolong umat untuk mengakui keberadaan dirinya, menerima pengampunan dosa dan anugerah dari Tuhan.


Setelah liturgi pembukaan, liturgi Firman mengikuti. Disini umat berdiam, Allah berfirman. Dalam pelayanan Firman, Kristus - Firman yang hidup - hadir. Sebagai respon atas firman Allah, umat mengakui iman percayanya, menaikkan doa syafaat, mengadakan perjamuan dan memberi persembahan syukur. Kesemuanya sarat dengan Firman, baik dalam bentuk nyanyian, doa, maupun tindakan.


Melalui ibadah dengan liturgi yang inspiratif, komunikatif dan relevan, saya percaya ibadah minggu yang berbentuk perayaan dan kaya Firman akan berubah menjadi ibadah yang berbentuk pelayanan dalam kehidupan sehari-hari. Liturgi adalah alat Allah untuk menunjukkan dinamika umat Allah, yaitu umat datang, mengalami pelayanan dan diutus pergi untuk melayani.


Menutup sharing ini, secara teknis berdasarkan pengalaman saya di gereja, ada tiga eleman kunci liturgi yang sangat menentukan kualitas ibadah. Pertama, spiritualitas pendeta dan majelis jemaat sebagai penyelenggara ibadah dan/atau pembuat liturgi; Kedua, persiapan, penghayatan dan penyampaian oleh pemimpin liturgi/liturgos; Ketiga, spiritualitas dan dukungan pemusik, prokantor/singer dan pengisi pujian (koor maupun vocal group). Kesemuanya, lagi-lagi terkait dengan pemahaman, kehidupan dan pelayanan yang berpadanan dengan Firman Allah.


(Haskarlianus Pasang - Penatua dan Ketua Umum Majelis Jemaat GKI Bogor Baru)


Mendengarkan Tuhan Secara Kreatif Hal mendasar dalam iman Kristen adalah keyakinan bahwa Tuhan kita tidak mati dan tidak bisu. la hidup dan berbicara. la menyatakan pesan-Nya dalam konteks historis dan geografis yang kemudian dituliskan di dalam Alkitab... dan Tuhan masih berbicara kepada pria dan wanita di masa kini melalui apa yang telah dinyatakan-Nya berabad-abad lalu, lalu"tegas John-Stott dalam bukunya Understanding the Bible (Grand Rapids: Baker Books, 2001).


Stott lalu bertanya, "Apakah kita sungguh-sungguh percaya bahwa Tuhan berbicara, bahwa Firman Tuhan tercatat di dalam Alkitab, dan ketika membacanya kita mendengar suara-Nya berbicara kepada kita?"


Jika jawabannya "Ya", maka menurut Stott kita harus berusaha, di tengah arus kehidupan modern yang serba cepat, untuk mengembalikan seni yang hilang dalam merenungkan Firman-Nya. "Tetapi," ujar Stott, "gereja modern tidak membutuhkan persentuhan yang dangkal dan biasa-biasa saja dengan Firman-Nya, tetapi harus sampai 'mencamkan' Firman-Nya seperti yang dinyatakan oleh Tuhan di Lukas 9:44." Stott lalu menegaskan bahwa kita dapat mendengarkan suara Tuhan yang hidup ini secara pribadi, tapi juga bersama-sama dengan orang lain melalui studi Alkitab (atau kalau di Indonesia lazim disebut dengan'Pemahaman Alkitab' atau PA-red.).


Dalam "Transforming Bible Study" (Downers Grove: InterVarsity Press, 2003), Bob Grahman menjelaskan tentang hal ini secara lebih gamblang. "Tujuan PA bukan hanya belajar sesuatu (secara intelektual-red.), tapi juga mengalami kehadiran dan kuasa Yesus serta mendengarkan Dia bicara. Jika tidak berhati-hati, maka usaha menganalisa teks dengan mencari siapa, apa, kapan, dimana, bagaimana, dan seperti apa konteks tata bahasanya, dapat menjadi sebuah latihan intelektual belaka. Padahal PA merupakan pertemuan dengan Allah pemilik alam semesta ini di dalam Firman-Nya yang hidup.


Pertemuan ini melibatkan semua sisi dari hidup seseorang: sisi intelek, emosi, dan rohani. Mempelajari Alkitab memang memuaskan kerinduan terdalam seseorang secara intelektual dan juga secara roh. Karena itulah PA dapat mentransformasi (mengubah) hidup secara total," ujar Grahman yang lalu menjelaskan tentang pentingnya bersikap kreatif dalam mendengarkan Allah lewat Firman-Nya, terutama dalam konteks PA bersama orang lain (termasuk PA dalam ibadah keluarga).


"Allah kita adalah Allah yang kreatif. Karena itulah, ketika kita masuk ke dalam teks dari Firman-Nya, kita juga perlu bersikap kreatif," tulis Grahman yang lalu memberikan beberapa ide kreatif dalam ber-PA:

  • Memerankan sebuah pasal dalam drama sederhana: setiap anggota PA memilih karakter atau peran yang diinginkannya dari sebuah pasal. Pilih pula seorang narator yang dapat membacakan narasi teks selama drama dimainkan. Aktivitas ini akan menjadi sesuatu yang sangat hidup dan menarik. Setelah drama selesai dimainkan, pemimpin PA dapat membahas makna dari ayat-ayat yang diperankan ini.
  • Menulis jurnal: pilihlah sebuah karakter dari sebuah pasal. Misal: jika Daud suka menulis jurnal, kira-kira apa yang akan dituliskannya sebelum dan sesudah pertempurannya dengan Goliat? Atau, apa yang akan diekpresikan setelah orang yang sakit kusta disembuhkan oleh Yesus seperti yang terdapat dalam Markus 1? Perasaan seperti apa yang la rasakan?
  • Menjadi sutradara drama atau film: ide untuk tema film diambil dari sebuah pasal. Misalnya dari Markus 4:35-41. Kira-kira, bagaimana kita akan menyusun adegan-adegan yang akan diperankan dalam pasal itu? Bagaimana pengaturan pencahayaan dan musiknya? Adegan dramatis apa yang akan mendapat penekanan khusus? Ketika melakukan aktivitas sebagai sutradara ini, para anggota PA akan memperhatikan hal-hal kecil dari pasal tersebut yang sebelumnya mungkin tidak pernah mereka perhatikan.
  • Menjadi wartawan: tuliskan laporan pandangan mata, seakan-akan Anda adalah wartawan yang menyaksikan langsung kejadian yang diceritakan di Alkitab.
  • Menjadi saksi mata di pengadilan: bayangkan Anda sedang berada di pengadilan dan harus menjadi saksi mata dari kejadian yang terdapat di dalam suatu pasal di Alkitab.
  • Membaca secara dramatis: mintalah para anggota PA untuk berpartisipasi dengan membaca ayat-ayat yang terdapat di pasal terpilih secara dramatis. Aktivitas ini akan berjalan baik terutama di pasal-pasal yang memiliki unsur dialog atau yang memiliki unsur dramatis seperti Mazmur 29 atau 136.
  • Bermain panca indera: mintalah setiap anggota PA untuk memilih satu dari lima indera manusia: sentuhan, penciuman, pendengaran, penglihatan, dan indera perasa. Satu orang harus membacakan pasal terpilih dengan suara keras, lalu setelahnya semua mulai berdiskusi mengenai apa yang didapatkan oleh setiap'indera' dari pasal tersebut.
  • Menggambar: setiap anggota diberi selembar kertas kosong yang terdiri kotak-kotak seperti yang terdapat di buku komik. Mintalah mereka mengisi kotak-kotak itu dengan gambar adegan-adegan dari suatu pasal yang dipilih.
  • Majalah: setiap anggota PA perlu membawa gunting, beberapa majalah bekas, lem dan kertas. Setelah membaca sebuah pasal, setiap orang diminta untuk menggunting (dan lalu menempelkannya di kertas) bagian-bagian dari majalah yang dapat menjelaskan atau menggambarkan respon mereka terhadap pasal yang sudah dibaca. Misalnya: bagaimana respon Anda jika Anda adalah seorang budak di Mesir yang merasa sangat tertekan. Tiba-tiba, datanglah Musa yang mengatakan bahwa Anda akan segera bebas. Tetapi realitanya kemudian, para majikan orang Mesir malah membuat hidup Anda semakin sulit. Mungkin anggota PA Anda akan memilih gambar'penjara' atau gambar 'orang mengamuk' untuk menggambarkan responnya akan hal ini.
  • Menjadi penerima surat: jika Anda membaca sebuah pasal dari Surat Paulus, pelajarilah latar belakang budaya dari penerima surat tersebut. Misalnya: latar belakang budaya dari orang Kolose atau orang Roma. Lalu berpura-puralah menjadi penerima surat dari orang yang memiliki budaya tersebut (sebagai orang Kolose, Roma, Korintus, dsb). Bayangkan dan diskusikan bagaimana pikiran dan perasaan mereka saat menerima surat dari Paulus.

Lewat berbagai cara kreatif ini, Anda dan kelompok PA Anda akan mengalami Tuhan dan mendengarkan suara-Nya dalam cara-cara yang 'fun' dan menyegarkan. Anggota PA akan melihat betapa firman itu hidup dan dapat menyentuh kehidupannya di masa kini dengan penuh kuasa.