KHOTBAH
.co
christian
online
Khotbah

Kehadiran Firman dalam Liturgi

Dari Khotbah

Langsung ke: navigasi, cari
Kehadiran Firman dalam Liturgi


"Tok...tok...tok, permisi." Maaf mengganggu, bapak ada di rumah? "Mari silahkan masuk." "Silakan duduk dulu di ruang tamu."


Demikianlah selintas tata krama umum ketika kita Bertamu ke rumah orang lain. Tata krama meliputi cara, sikap dan susunan kata yang dipakai sesuai dengan relasi kita dengan orang yang bersangkutan. Tata krama bertamu ke rumah kakek kita sendiri, tentu berbeda dengan kunjungan ke rumah ketua RT. Bentuk bisa berbeda, namun intinya sama yakni sikap hormat dan keinginan menjaga relasi.
Jika bertamu ke rumah sesama saja memerlukan tata krama yang sesuai, maka terlebih lagi jika kita hendak datang menghadap Allah di rumah-Nya. Tata krama yang dipakai dalam relasi Allah dan manusia, sering disebut dengan istilah liturgi. Liturgi mencakup pengertian yang luas, namun kali ini kita hanya khusus membahas liturgi dalam ibadah gereja. Alkitab menunjukkan bahwa Allah menyukai liturgi yang dijalankan sepenuh hati dan memusatkan pujian hormat bagi-NyA. Ada kalanya umat Allah melalaikan makna dan hanya menjalankan liturgi ibadah sebagai kewajiban rutin. Jika hal ini terjadi, maka Allah menegur dan meminta pertobatan hati mereka, tanpa menghapus liturgi dan ibadah (Yes. 1:11-17, Mal. 3:7-10).
Sejak penciptaan, Allah sudah menetapkan waktu khusus bagi relasi-Nya dengan manusia. Selanjutnya melalui Musa, Allah memberi perincian bentuk dan materi ibadah yang dikehendaki-Nya pada bangsa Israel. Ada berbagai liturgi untuk tujuan yang berbeda-beda, seperti Sabat mingguan, pergantian musim, perayaan, pengakuan dan penebusan dosa. Allah mengajarkan liturgi pada umat-Nya. Ada bentuk dan susunan liturgi dalam semua perkumpulan dan persembahan umat Allah. Hal ini membantu mereka untuk menempatkan Allah sebagai pusat dalam berbagai aspek kehidupan dan ibadah.
Pada masa Perjanjian Baru, Yesus mengajarkan prinsip bahwa ibadah yang terutama bukanlah pada tempat, melainkan pada Firman kebenaran dan kesungguhan hati, serta berpusatkan pada Allah (Yoh 4:24). Saat perjamuan terakhir, Yesus mengubah liturgi Paskah Yahudi dengan menjadikan diri-Nya sebagai pusat keselamatan. Dia tidak menghapus liturgi, melainkan menghidupkannya melalui kematian-Nya.
Yesus tidak memberi petunjuk khusus tentang liturgi yang harus dipakai dalam ibadah gereja. Dia mengajarkan'Doa Bapa Kami' sebagai pola doa yang mencakup hal-hal dasar dan penting (Mat 6:9-13). Dia minta para murid mengingat-Nya dengan perjamuan roti dan anggur. Rasul Paulus yang kemudian memberi penjelasan lebih rinci mengenai perjamuan kudus. Jadi tidak ada susunan liturgi yang mutlak. Namun prinsip utamanya adalah penghormatan pada Allah, ketertiban, dan penghargaan terhadap satu sama lain (1 Kor. 14:40).
Saat ini, kita bertanggung jawab untuk memelihara prinsip-prinsip utama liturgi ibadah dengan menghadirkan Firman dalam seluruh aspek ibadah. Firman Tuhan tidak hanya hadir dalam khotbah, melainkan juga dalam nyanyian pujian, doa, persembahan, serta salam dan berkat.


School for the Formation of Bible Expositors, Bogota, Colombia - (2011) memberikan contoh ciri-ciri pola liturgi alkitabiah sbb:

  1. Khotbah Alkitabiah:

    • cara membaca yang menarik dengan variasi volume dan ekspresi

    • eksposisi yang sistematis dan jelas.

    • penerapan dalam kehidupan pribadi dan masyarakat.

    • waktu untuk merenung dalam saat teduh.

  2. Pujian Penyembahan

    • menyanyi dengan menghayati makna lagu.

    • mencakup ungkapan syukur dan memuji Tuhan.

    • mengaitkan dengan sejarah / pengalaman umat percaya.

    • sikap hormat sekaligus sukacita.

    • memakai variasi irama dan alat musik nasional.

  3. Doa

    • suasana tenang untuk berbicara dengan Tuhan.

    • ungkapan syukur dan pujian bagi Tuhan.

    • syafaat bagi kebutuhan sesama, gereja, masyarakat dll.

    • pokok doa disiapkan sebelumnya

  4. Kesaksian

    • sesuai tema ibadah saat itu.

    • sudah disiapkan sebelumnya.

    • batasan waktu dan sistematis.

  5. Persembahan

    • ungkapan syukur, kekudusan dan penyembahan pada Tuhan.

    • untuk kebutuhan rumah Tuhan dan pekerjaan-Nya.

  6. Dekorasi

    • lukisan, gambar, spanduk, ayatayat Alkitab sebagai lambang hal-hal religius seperti misalnya salib, daun palem, tangan berdoa, pelita, dst.

    • Temporal sesuai tema ibadah dan tema gereja.

    • Meninggikan nama Tuhan.


Kehadiran Firman dalam seluruh bagian liturgi menjadi jaminan bagi manfaat ibadah yang membangun pertumbuhan kerohanian jemaat. Roh Kudus leluasa bekerja melalui Firman untuk memperlengkapi umat Tuhan. Tuhan Yesus sebagai Raja atas segala gereja dipermuliakan dari awal hingga akhir ibadah.

Alkitab memuat semua tema penting tentang kehidupan dan kematian. Kitab Mazmur dan kitab-kitab lain dalam Alkitab menyediakan garis besar liturgi ibadah yang diperlukan untuk berbagai tema misalnya untuk Paskah, Natal, perayaan, kedukaan, persekutuan dst. Kerajinan dan ketekunan menggali Alkitab akan menjadi bekal utama dalam menyusun liturgi ibadah yang memperkenan hati Tuhan. Alkitab bermanfaat bagi kerohanian pribadi dan juga seluruh jemaat. Kiranya kita dapat selalu mengucapkan: FirmanMu itu pelita bagi liturgiku dan terang bagi ibadahku (Maz. 119:105). (Mee Fang & John Chambers).